KATA
PENGANTAR
Puji
dan syukur karena atas berkat Tuhan Yang Maha Esa, saya dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul “ Analisis Fakta Cerita, Sarana Cerita, dan Tema “
pada cerpen “ Senja “ sebagai tugas mata kuliah Prosa.
Makalah
ini berisi tentang analisis saya mengenai fakta cerita, sarana cerita, dan tema
pada cerpen “ Senja “. Saya selaku penulis menganalisis karya sastra ini
berdasarkan buku-buku yang telah say abaca dan pelajari.
Saya
menyadari, makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, mohon
kepada pembaca dan dosen dapat memberikan saran dan kritik yang bermanfaat bagi
kesempurnaan makalah ini dan yang akan datang. Apabila terdapat kesalahan dalam
penulisan maupun hal lainnya, kami meminta maaf atas ketidaksengajaan itu.
Atas
perhatiannya dan selamat membaca.
Bengkulu,
10 Juni 2010
Penulis
Daftar
Isi
ISI HALAMAN
Kata Pengantar
…………………………………………………. 1
Daftar
Isi …………………………………………………………. 2
Bab
I Pendahuluan
1.1 Latar belakang ……………………………………… 4
1.2 Rumusan Masalah …………………………………. 4
1.3 Tujuan ……………………………………………….. 5
Bab
II Pembahasan
2.1 Fakta cerita
2.1.1. Plot ………………………………………… 6
2.1.2. Tokoh……………………………………… 8
2.1.3. Latar ………………………………………. 10
2.2.
Sarana Cerita
2.2.1.
Judul ……………………….……………… 12
2.2.2. Sudut Pandang …….……………………. 12
2.2.3. Gaya Bahasa ……………………………. 13
2.3.
Tema ……………………………………………….. 14
Bab III Kesimpulan dan Saran
3.1 Kesimpulan ………………………………………….. 15
3.2 Saran …………………………………………………. 15
Daftar Pustaka
………………………………………………….. 17
Lampiran
…………………………………………………………. 18
Bab
I
Pendahuluan
1.1.
Latar
Belakang
Karya
sastra merupakan kesusastraan, karya tulis, yang jika dibandingkan dengan
tulisan lain memiliki berbagai cirri keunggulan,seperti keaslian, keartistikan,
keindahan dalam isi dan ungkapannya, drama, epik, dan lirik. (Kamus Besar
Bahasa Indonesia: 786). Ada beberapa jenis karya sastra diantaranya, sastra
bandingan, sastra daerah, sastra dunia, sastra erotik, sastra hiburan, sastra
Indonesia, sastra Indonesia klasik, sastra tulisan dan sastra lainnya. Karya sastra itu sendiri berisi mengenai
pengalaman yang biasanya dialami oleh pengarang itu sendiri.
Ada
banyak bagian-bagian yang termasuk karya sastra. Ada sajak, roman, novel,
puisi, hikayat, legenda, fabel, dan cerpen. Cerpen merupakan cerita pendek, Dalam
rangka analisis karya sastra, ada dua aspek yang harus dibicaraka,
masing-masing aspek ekstrinsik dan aspek intrinsiknya. Kedua aspek ini saling
membantu dan saling menjelaskan persoalan. Tanpa analisis aspek ekstrinsiknya
akan memberikan kesimpulan hanya berupa kemungkinan belaka pada analisis aspek
intrinsiknya. Sebaliknya, tanpa analisis aspek intrinsiknya, susunan struktur
suatu karya sastra tidak mungkin dijelaskan.
Maka
dalam hal ini, akan membahas mengenai unsur intrinsik pada cerpen “ Senja “
sesuai dengan pendekatan karya sastra objektif.
1.2.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
menentukan fakta cerita pada cerpen “ Senja “ ?
2. Bagaimana
menentukan Sarana cerita pada cerpen “ Senja “ ?
3. Bagaimana
menentukan Tema pada cerpen “ Senja “ ?
1.3.
Tujuan
1. Untuk
mengetahui cara menganalisis bagian-bagian dari fakta cerita dalam suatu karya
sastra.
2. Untuk
mengetahui cara menganalisis bagian-bagian dari sarana cerita dalam suatu karya
sastra.
3.
Untuk dapat menentukan tema pada suatu karya
sastra.
Bab II
Pembahasan
2.1.
Fakta
Cerita
2.1.1.
Plot (alur)
·
Jika ditinjau dari segi penyusunan peristiwa
Plot Regresif atau flash back atau back tracking
atau sorot balik. Artinya mungkin saja pada cerpen “ Senja “ awal cerita bisa
saja merupakan akhir, atau yang lainnya.
“
Segalanya peristiwa menegas pada pintu. Kenangan dan peristiwa menjadi satu.
Seluruhnya berujung pada kehampaan waktu. Kemanakah segalanya mejadi silam?
Saat-saat hangat dahulu, kemanisan yang mengiringi waktu? “
“
Akan tetapi anak-anaknya telah mempunyai
anak. Dirinya telah memiliki cucu. “
Dari kutipan pertama diceritakan pada masa
dahulu, lalu dilanjutkan dengan kutipan kedua, saat tokoh ia telah memiliki
cucu. Ini menjadi bahwa ceritannya flash
back atau sorot balik.
·
Jika ditinjau dari segi akhir cerita
Jenis plot yang
digunakan ialah Plot terbuka yang artinya pembaca lebih memiliki kebebasan
dalam menentukan kesimpulan cerita.
“
Senja sudah jatuh di pintu. Warna layung di langit menarikan cahaya gemilang.
Jakarta menderu dengan gemuruhnya yang tak kenal waktu. “
“
Di sofa itu wanita tua itu tetap terkulai…. Tak ia tahu bahwa telepon itu
mengabarkan bahwa tak ada satu pun anaknya bisa datang. Semuanya berhalangan!
Menurut kesimpulan saya sebagai pembaca
cerpen ini. Menunjukkan bahwa pada kutipan pertama, manusia mungkin saja
diibaratkan senja yang warna layung di langit menarikan cahaya gemilang. Pada
akhirnya manusia pasti menjadi tua.
·
Jika ditinjau dari segi kuantitasnya
Cerpen ini memiliki
plot jamak. Artinya apabila cerita memiliki lebih dari sebuah plot.
“
Rasanya baru kemarin ia melepaskan putting susu, waktu segera membawanya
sebagai insinyur geologi dan tanah bermineral menariknya menjadi peneliti. “
“ Napasnya jadi sangat sesak.
Mengapa
badannya tak bisa digerakkan? Siapa yang menelepon? Nadanya bordering sejak
tadi. Si Sulung? Si Ragil? Atau cucu dari yang dua di tengah? Tak dapat ia
gerakkan tangan atau kaki. Apakah ia lumpuh? “
Dari
kutipan pertama menje;askan bahwa cerpen ini memiliki alur atau plot mundur,
lalu di sisi lain muncul kembali cerita yang menyatakan alur maju, seperti
kutipan kedua.
·
Jika ditinjau dari segi kualitasnya
Cerpen
ini memiliki plot longgar, yang apabila cerita memiliki adanya penyisipan plot
lain. Contohnya saja pada kutipan di
atas, bahwa ada di sisi lain cerita plot yang muncul, sehingga cerpen tersebut
menjadi menarik, karena mengenang masa lampau dan kembali ke masa sekarang.
2.1.2.
Tokoh.
·
Tokoh sentral atau utama
Tokoh utama dalam
cerpen karangan “ Korrie Layun Rampan “
ini menyebutkan tokohnya dengan sebutan Ia, Istri, dan wanita tua itu.
“ Ia mengusap pelupuk matanya.
Ia
tak bermimpi. “
·
Tokoh periferal atau tokoh tambahan
Tokoh
tambahan di dalam cerpen ini ada suami (Salman), Si Sulung, Si Nomor Dua , Si
nomor tiga, Si Bungsu (Ragil),
cucu-cucunya, dan pembantu (Yem).
2.1.2.1
Cara Pengambaran Tokoh
·
Metode dramatis
1. Teknik
naming “ pemberian nama tertentu “
(tidak ditemukan).
2. Teknik
cakapan (tidak ditemukan).
3. Teknik
penggambaran pikiran tokoh atau apa yang melintas dalam pikirannya.
“ Bisakah pembantu
dipercaya? Mengapa Yem belum juga kembali? Ia memang takkan kembali? Mutung
menemukan majikan baru? Bukankah Yem hamper bisa sepenuhnya dipercaya karena
sudah bertahun-tahun seakan ia penghuni rumah sendiri. “
Menunjukkan bahwa, secara tiba-tiba tokoh utama mengingat
pembantunya. Ini bisa terlihat, hanya pada bagian ini, terdapat cerita tentang
pembantu, sedang di bagian cerita lain tidak.
4. Teknik
stream of consciousness “arus
kesadaran” (tidak ditemukan).
5. Teknik
pelukisan perasaan tokoh.
“ Napasnya terasa sesak.
Apakah asmanya kumat lagi? Atau darah tinggi? Telah ia periksakan dokter seminggu
yag lalu. Kesendirian telah membuat ia tertekan? Tensinya melonjak lagi?
Menunjukkan
perasaan seorang ibu yang begitu amat sedih dan kesepian sehingga mengakibatkan
dirinya tertekan.
6. Teknik
perbuatan tokoh (tidak ditemukan).
7. Teknik
sikap tokoh.
“ Ia menarik napas sepenuh
dada.
Ingin ia satu atau dua
cucunya yang menemani. Anak-anaknya sudah menjanjikan. Adakah menantunya
memberatkan? Seperti dahulu ia juga memberatkan anak-anaknya diasuh mertu?
Kutipan di atas menunjukkan
bahwa tokoh utama bersikap menarik napas karena terlalu sulit ia pikirkan.
Bagaimana sikap tokoh utama kepada anak-anaknya, agar dia tidak merasa sendiri
dan kesepian.
8. Teknik
pandangan seseorang atau banyak tokoh terhadap tokoh tertentu (tidak
ditemukan).
9. Teknik
pelukisan fisik
“ Ia tiba-tiba telah menjadi
tua. “
“ Ulang tahunnya ini? Yang
keenam puluh? Enam lima? Tujuh puluh? “
“ Asma menahan napasnya.
Apakah darah tinggi melumpuhkan badan, tangan, dan kakinya? “
Menunjukkan bahwa tokoh
utama telah tua.
10. Teknik pelukisan latar
“ Senja sudah jatuh di
pintu. Warna layung di langit menarikan cahaya gemilang. Jakarta menderu dengan
gemuruhnya yang tak kenal waktu. “
2.1.3. Latar
2.1.3.1. Deskripsi
latar
·
Latar tempat
“
Sunyi saing-saing pada pintu, ruang tamu, kamar-kamar yang telah ditinggalkan
anaknya. “
Menunjukkan
bagaimana begitu sepinya rumah, sehingga terdengar seperti suara saing atau
bisingan.
·
Latar waktu
“
Senja sudah jatuh di pintu. Warna layung di langit menarikan cahaya gemilang.
Jakarta menderu dengan gemuruhnya yang tak kenal waktu. “
Menceritakan
bagaimana senja. Biasanya senja lebih tergambarkan pada sore hari, ketika
matahari akan tenggelam.
·
Latar sosial
“
Masihkah ia memasak untuk suami dan anak-anaknya setelah disibuki kerja
kantoran seharian? Si Nomor Tiga, anaknya yang suka petualangan seperti ayahnya
lebih betah menjelajahi hutan-hutan tutupan daripada berada di keramaian kota
raya. Tak kurang ia mengiriminya uang, akan tetapi a tetap merasa sepi. “
Dari
kutipan di atas, menunjukkan bahwa orang-orang disekeliling tokoh utama
kemungkinan memiliki latar social menengah. Hal ini di buktikan dengan adanya,
anak dari tokoh utama bekerja kantoran seharian penuh.
2.1.3.2.
Fungsi latar
·
Latar sebagai pengedepanan
“
Senja sudah jatuh di pintu. Warna layung di langit menarikan cahaya gemilang.
Jakarta menderu dengan gemuruhnya yang tak kenal waktu. “
Menunjukkan latar waktu, dapat menjadi
pengedepanan pada cerpen ini.
Difus
(tidak ditemukan).
Fragmentaris
“
Kenangan dan peristiwa menjadi satu. Seluruhnya berujung pada kehampaan waktu.
“
“
Kemanakah segalanya mejadi silam? Saat-saat hangat dahulu, kemanisa yang
mengiringi waktu? “
Kalenderisme
(tidak ditemukan).
2.2.
Sarana
cerita
2.2.3.
Judul
·
Judul cerpen “ Senja “ ini mengacu pada
simbol cerita.
“
Senja sudah jatuh di pintu. Warna layung di langit menarikan cahaya gemilang.
Jakarta menderu dengan gemuruhnya yang tak kenal waktu. “
Senja berarti langit akan semakin gelap.
Begitu juga dengan manusia. Manusia bisa saja diibaratkan dengan kata “Senja”. Artinya, manusia semakin tua, dan
pada akhirnya meninggalkan dunia ini.
·
Judul bisa mengacu pada latar
“ Senja sudah jatuh di
pintu. Warna layung di langit menarikan cahaya gemilang. Jakarta menderu dengan
gemuruhnya yang tak kenal waktu. “
Bagaimana
pengarang ingin menggambarkan bagaimana jika senja dan suasana Jakarta ketika
senja.
2.2.4.
Sudut
pandang (Point of view)
·
Stanton (1965)
Third-person omniscient
atau diaan-maha tahu.
Artinya
pengarang berada di luar cerita, dan biasanya pengarang hanya menjadi seorang
pengamat yang maha tahu.
“ Ia seperti dibangunkan
musim dari mimpi sepanjang hari “
“ Ia
sudah mati? Ananknya akan merasa bersalah? “
“ Di
sofa itu wanita tua itu tetap terkulai….”
Dari
kutipan di atas, saya menyebutkan sebagai diaan karena pengarang menyebutkan ia
atau wanita tua itu.
2.2.5.
Gaya
bahasa
·
Diksi
Diksi
yang digunakan dalam cerpen “ Senja “ adalah denotasi atau lugas.
“ Selebihnya matanya lamur.”
“Apakah ia pingsan? Anaknya
yang manakah yang menemukannya pertama kali?”
“ Ia sudah mati? Anaknya akan merasa bersalah. “
Dari
kutipan di atas menunjukkan bagaimana pengarang secara langsung menuliskan kata
“ Mati “. Mati berarti tidak bernafas, atau tidakbernyawa lagi.
·
Imajeri
Imajeri
figuratif berarti memungkinkan adanya perluasan arti kata.
Terlihat pada judul “ Senja
“. Ini bisa saja dapat di artikan sebagai simbol kehidupan manusia atau bisa
saja benar-benar senja alam.
·
Sintaksis
Kalimat
atau sintaksis yang digunakan sederhana.
“ Napasnya terasa sesak
sekali. Segalanya terasa lumpuh. Tak dapat ia menggapai telepon. Badannya
mengulai di sofa. “
Begitu
lugasnya pengarang menyampaikan yang terjadi, dan benar sungguh sesuai yang
sebenar-benarnya.
2.3.
Tema
·
Tema jasmaniah
Dikelompokkan
sebagai tema manusia Karena berkaitan dengan fisik manusia yang nantinya akan
mengalami masa tua.
Bab
III
Kesimpulan
dan Saran
3.1.
Kesimpulan
Setelah menyelesaikan analisis pada cerpen “
Senja “, saya menyimpulkan bahwa :
1. Fakta
cerita dalam cerpen “ Senja “ terdiri dari Plot, Tokoh, dan Latar.
2. Sarana
cerita dalam cerpen “ Senja “ terdiri dari Judul, Sudut Pandang, dan Gaya
Bahasa.
3. Di
dalam cerpen ini, jenis tema yang dapat digunakan ialah Tema Jasmaniah atau
tema yang cenderung berkaitan dengan keadaan jasmania.
3.2.
Saran
Saya
menyadari bahwa makalah ini mmasih banyak kekurangan. Oleh karena itu, saya
mengharapkan saran yang nantinya dapat membaggun diri saya agar dapat membuat
makalah yang lebih baik lagi.
Daftar Pustaka
Kamus
Besar Bahasa Indonesia. 1988. Jakarta. Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa, departemen Pendidikan dan
kebudayaan.
Pradotokusumo,
Partini Sardjono. 2002. Pengkajian Sastra.
Bandung. Wacana.
Rumpun,
Korrie layun. Hutan Kayu.
Sukada,
Made. Pembinaan Kritik sastra Indonesia Masalah
Sistematika Analisis Struktur Fiksi. Angkasa.
Lampiran
Cerpen “ Senja “
Cuman Komentar ( Janu )
BalasHapus