Halaman

Rabu, 09 Mei 2012

makalah analisis sarana, fakta, dan tema pada cerpen senja


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur karena atas berkat Tuhan Yang Maha Esa, saya dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “ Analisis Fakta Cerita, Sarana Cerita, dan Tema “ pada cerpen “ Senja “ sebagai tugas mata kuliah Prosa.
Makalah ini berisi tentang analisis saya mengenai fakta cerita, sarana cerita, dan tema pada cerpen “ Senja “. Saya selaku penulis menganalisis karya sastra ini berdasarkan buku-buku yang telah say abaca dan pelajari.
Saya menyadari, makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, mohon kepada pembaca dan dosen dapat memberikan saran dan kritik yang bermanfaat bagi kesempurnaan makalah ini dan yang akan datang. Apabila terdapat kesalahan dalam penulisan maupun hal lainnya, kami meminta maaf atas ketidaksengajaan itu.
Atas perhatiannya dan selamat    membaca.

Bengkulu, 10 Juni  2010


Penulis


Daftar Isi

ISI                                                                                                       HALAMAN

Kata Pengantar ………………………………………………….              1
Daftar Isi ………………………………………………………….              2
Bab I Pendahuluan
            1.1 Latar belakang ………………………………………              4
            1.2 Rumusan Masalah ………………………………….             4
            1.3 Tujuan ………………………………………………..              5
                                   
           
Bab II Pembahasan
            2.1 Fakta cerita
                        2.1.1. Plot …………………………………………             6
                        2.1.2.  Tokoh………………………………………             8
2.1.3.  Latar ……………………………………….             10
            2.2. Sarana Cerita   
                        2.2.1. Judul ……………………….………………             12
                        2.2.2. Sudut Pandang …….…………………….              12
                        2.2.3. Gaya Bahasa …………………………….               13
2.3. Tema ………………………………………………..                14

Bab III Kesimpulan dan Saran                 
            3.1 Kesimpulan …………………………………………..             15
            3.2 Saran ………………………………………………….             15
Daftar Pustaka …………………………………………………..              17
Lampiran ………………………………………………………….             18

















Bab I
Pendahuluan

1.1.    Latar Belakang

Karya sastra merupakan kesusastraan, karya tulis, yang jika dibandingkan dengan tulisan lain memiliki berbagai cirri keunggulan,seperti keaslian, keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapannya, drama, epik, dan lirik. (Kamus Besar Bahasa Indonesia: 786). Ada beberapa jenis karya sastra diantaranya, sastra bandingan, sastra daerah, sastra dunia, sastra erotik, sastra hiburan, sastra Indonesia, sastra Indonesia klasik, sastra tulisan dan sastra lainnya.  Karya sastra itu sendiri berisi mengenai pengalaman yang biasanya dialami oleh pengarang itu sendiri.
Ada banyak bagian-bagian yang termasuk karya sastra. Ada sajak, roman, novel, puisi, hikayat, legenda, fabel, dan cerpen. Cerpen merupakan cerita pendek, Dalam rangka analisis karya sastra, ada dua aspek yang harus dibicaraka, masing-masing aspek ekstrinsik dan aspek intrinsiknya. Kedua aspek ini saling membantu dan saling menjelaskan persoalan. Tanpa analisis aspek ekstrinsiknya akan memberikan kesimpulan hanya berupa kemungkinan belaka pada analisis aspek intrinsiknya. Sebaliknya, tanpa analisis aspek intrinsiknya, susunan struktur suatu karya sastra tidak mungkin dijelaskan.
Maka dalam hal ini, akan membahas mengenai unsur intrinsik pada cerpen “ Senja “ sesuai dengan pendekatan karya sastra objektif.

1.2.    Rumusan Masalah
1.    Bagaimana menentukan fakta cerita pada cerpen “ Senja “ ?
2.    Bagaimana menentukan Sarana cerita pada cerpen “ Senja “ ?
3.    Bagaimana menentukan Tema pada cerpen “ Senja “ ?







1.3.    Tujuan
1.    Untuk mengetahui cara menganalisis bagian-bagian dari fakta cerita dalam suatu karya sastra.
2.    Untuk mengetahui cara menganalisis bagian-bagian dari sarana cerita dalam suatu karya sastra.
3.     Untuk dapat menentukan tema pada suatu karya sastra.
Bab II
Pembahasan

2.1.    Fakta Cerita
2.1.1. Plot (alur)
·        Jika ditinjau dari segi penyusunan peristiwa
Plot Regresif atau flash back atau back tracking atau sorot balik. Artinya mungkin saja pada cerpen “ Senja “ awal cerita bisa saja merupakan akhir, atau yang lainnya.
“ Segalanya peristiwa menegas pada pintu. Kenangan dan peristiwa menjadi satu. Seluruhnya berujung pada kehampaan waktu. Kemanakah segalanya mejadi silam? Saat-saat hangat dahulu, kemanisan yang mengiringi waktu? “
“ Akan tetapi anak-anaknya  telah mempunyai anak. Dirinya telah memiliki cucu. “

Dari kutipan pertama diceritakan pada masa dahulu, lalu dilanjutkan dengan kutipan kedua, saat tokoh ia telah memiliki cucu. Ini menjadi bahwa ceritannya flash back atau sorot balik.
·        Jika ditinjau dari segi akhir cerita
Jenis plot yang digunakan ialah Plot terbuka yang artinya pembaca lebih memiliki kebebasan dalam menentukan kesimpulan cerita.
“ Senja sudah jatuh di pintu. Warna layung di langit menarikan cahaya gemilang. Jakarta menderu dengan gemuruhnya yang tak kenal waktu. “
“ Di sofa itu wanita tua itu tetap terkulai…. Tak ia tahu bahwa telepon itu mengabarkan bahwa tak ada satu pun anaknya bisa datang. Semuanya berhalangan!
Menurut kesimpulan saya sebagai pembaca cerpen ini. Menunjukkan bahwa pada kutipan pertama, manusia mungkin saja diibaratkan senja yang warna layung di langit menarikan cahaya gemilang. Pada akhirnya manusia pasti menjadi tua.

·        Jika ditinjau dari segi kuantitasnya
Cerpen ini memiliki plot jamak. Artinya apabila cerita memiliki lebih dari sebuah plot.
“ Rasanya baru kemarin ia melepaskan putting susu, waktu segera membawanya sebagai insinyur geologi dan tanah bermineral menariknya menjadi peneliti. “
“ Napasnya jadi sangat sesak.
Mengapa badannya tak bisa digerakkan? Siapa yang menelepon? Nadanya bordering sejak tadi. Si Sulung? Si Ragil? Atau cucu dari yang dua di tengah? Tak dapat ia gerakkan tangan atau kaki. Apakah ia lumpuh? “
Dari kutipan pertama menje;askan bahwa cerpen ini memiliki alur atau plot mundur, lalu di sisi lain muncul kembali cerita yang menyatakan alur maju, seperti kutipan kedua.

·        Jika ditinjau dari segi kualitasnya
Cerpen ini memiliki plot longgar, yang apabila cerita memiliki adanya penyisipan plot lain.  Contohnya saja pada kutipan di atas, bahwa ada di sisi lain cerita plot yang muncul, sehingga cerpen tersebut menjadi menarik, karena mengenang masa lampau dan kembali ke masa sekarang.

            2.1.2. Tokoh.
·        Tokoh sentral atau utama
Tokoh utama dalam cerpen karangan “ Korrie Layun  Rampan “ ini menyebutkan tokohnya dengan sebutan Ia, Istri, dan wanita tua itu.
“ Ia mengusap pelupuk matanya.
Ia tak bermimpi. “

·        Tokoh periferal atau tokoh tambahan
Tokoh tambahan di dalam cerpen ini ada suami (Salman), Si Sulung, Si Nomor Dua , Si nomor tiga, Si Bungsu (Ragil),  cucu-cucunya, dan pembantu (Yem).

2.1.2.1 Cara Pengambaran Tokoh
·        Metode dramatis
1.    Teknik naming “ pemberian nama tertentu “ (tidak ditemukan).
2.    Teknik cakapan (tidak ditemukan).
3.    Teknik penggambaran pikiran tokoh atau apa yang melintas dalam pikirannya.
“ Bisakah pembantu dipercaya? Mengapa Yem belum juga kembali? Ia memang takkan kembali? Mutung menemukan majikan baru? Bukankah Yem hamper bisa sepenuhnya dipercaya karena sudah bertahun-tahun seakan ia penghuni rumah sendiri. “
     Menunjukkan bahwa, secara tiba-tiba tokoh utama mengingat pembantunya. Ini bisa terlihat, hanya pada bagian ini, terdapat cerita tentang pembantu, sedang di bagian cerita lain tidak.
4.    Teknik stream of consciousness “arus kesadaran” (tidak ditemukan).
5.    Teknik pelukisan perasaan tokoh.
“ Napasnya terasa sesak. Apakah asmanya kumat lagi? Atau darah tinggi? Telah ia periksakan dokter seminggu yag lalu. Kesendirian telah membuat ia tertekan? Tensinya melonjak lagi?
     Menunjukkan perasaan seorang ibu yang begitu amat sedih dan kesepian sehingga mengakibatkan dirinya tertekan.
6.    Teknik perbuatan tokoh (tidak ditemukan).
7.    Teknik sikap tokoh.
“ Ia menarik napas sepenuh dada.
Ingin ia satu atau dua cucunya yang menemani. Anak-anaknya sudah menjanjikan. Adakah menantunya memberatkan? Seperti dahulu ia juga memberatkan anak-anaknya diasuh mertu?

Kutipan di atas menunjukkan bahwa tokoh utama bersikap menarik napas karena terlalu sulit ia pikirkan. Bagaimana sikap tokoh utama kepada anak-anaknya, agar dia tidak merasa sendiri dan kesepian.
8.    Teknik pandangan seseorang atau banyak tokoh terhadap tokoh tertentu (tidak ditemukan).
9.    Teknik pelukisan fisik
“ Ia tiba-tiba telah menjadi tua. “
“ Ulang tahunnya ini? Yang keenam puluh? Enam lima? Tujuh puluh? “
“ Asma menahan napasnya. Apakah darah tinggi melumpuhkan badan, tangan, dan kakinya? “
Menunjukkan bahwa tokoh utama telah tua.



10.  Teknik pelukisan latar
“ Senja sudah jatuh di pintu. Warna layung di langit menarikan cahaya gemilang. Jakarta menderu dengan gemuruhnya yang tak kenal waktu. “
2.1.3.  Latar
2.1.3.1.   Deskripsi latar
·        Latar tempat
“ Sunyi saing-saing pada pintu, ruang tamu, kamar-kamar yang telah ditinggalkan anaknya. “

Menunjukkan bagaimana begitu sepinya rumah, sehingga terdengar seperti suara saing atau bisingan.

·        Latar waktu
“ Senja sudah jatuh di pintu. Warna layung di langit menarikan cahaya gemilang. Jakarta menderu dengan gemuruhnya yang tak kenal waktu. “

Menceritakan bagaimana senja. Biasanya senja lebih tergambarkan pada sore hari, ketika matahari akan tenggelam.

·        Latar sosial
“ Masihkah ia memasak untuk suami dan anak-anaknya setelah disibuki kerja kantoran seharian? Si Nomor Tiga, anaknya yang suka petualangan seperti ayahnya lebih betah menjelajahi hutan-hutan tutupan daripada berada di keramaian kota raya. Tak kurang ia mengiriminya uang, akan tetapi a tetap merasa sepi. “

Dari kutipan di atas, menunjukkan bahwa orang-orang disekeliling tokoh utama kemungkinan memiliki latar social menengah. Hal ini di buktikan dengan adanya, anak dari tokoh utama bekerja kantoran seharian penuh.

2.1.3.2.   Fungsi  latar
·        Latar sebagai pengedepanan
“ Senja sudah jatuh di pintu. Warna layung di langit menarikan cahaya gemilang. Jakarta menderu dengan gemuruhnya yang tak kenal waktu. “

     Menunjukkan latar waktu, dapat menjadi pengedepanan pada cerpen ini.
*     Difus (tidak ditemukan).
*     Fragmentaris
“ Kenangan dan peristiwa menjadi satu. Seluruhnya berujung pada kehampaan waktu. “
“ Kemanakah segalanya mejadi silam? Saat-saat hangat dahulu, kemanisa yang mengiringi waktu? “
*     Kalenderisme (tidak ditemukan).








2.2.          Sarana cerita
2.2.3.      Judul
·         Judul cerpen “ Senja “ ini mengacu pada simbol cerita.
“ Senja sudah jatuh di pintu. Warna layung di langit menarikan cahaya gemilang. Jakarta menderu dengan gemuruhnya yang tak kenal waktu. “
Senja berarti langit akan semakin gelap. Begitu juga dengan manusia. Manusia bisa saja diibaratkan dengan kata  “Senja”. Artinya, manusia semakin tua, dan pada akhirnya meninggalkan dunia ini.
·        Judul bisa mengacu pada latar
“ Senja sudah jatuh di pintu. Warna layung di langit menarikan cahaya gemilang. Jakarta menderu dengan gemuruhnya yang tak kenal waktu. “

Bagaimana pengarang ingin menggambarkan bagaimana jika senja dan suasana Jakarta ketika senja.

2.2.4.      Sudut pandang (Point of view)
·        Stanton (1965)
*     Third-person omniscient atau diaan-maha tahu.
Artinya pengarang berada di luar cerita, dan biasanya pengarang hanya menjadi seorang pengamat yang maha tahu.
“ Ia seperti dibangunkan musim dari mimpi sepanjang hari “
“ Ia sudah mati? Ananknya akan merasa bersalah? “
“ Di sofa itu wanita tua itu tetap terkulai….”

Dari kutipan di atas, saya menyebutkan sebagai diaan karena pengarang menyebutkan ia atau wanita tua itu.
2.2.5.      Gaya bahasa
·        Diksi
Diksi yang digunakan dalam cerpen “ Senja “ adalah denotasi atau lugas.
      “ Selebihnya matanya lamur.”
“Apakah ia pingsan? Anaknya yang manakah yang menemukannya pertama kali?”
      “ Ia sudah mati? Anaknya akan merasa bersalah. “

Dari kutipan di atas menunjukkan bagaimana pengarang secara langsung menuliskan kata “ Mati “. Mati berarti tidak bernafas, atau tidakbernyawa lagi.

·        Imajeri
Imajeri figuratif berarti memungkinkan adanya perluasan arti kata.
Terlihat pada judul “ Senja “. Ini bisa saja dapat di artikan sebagai simbol kehidupan manusia atau bisa saja benar-benar senja alam.

·        Sintaksis
Kalimat atau sintaksis yang digunakan sederhana.
“ Napasnya terasa sesak sekali. Segalanya terasa lumpuh. Tak dapat ia menggapai telepon. Badannya mengulai di sofa. “

Begitu lugasnya pengarang menyampaikan yang terjadi, dan benar sungguh sesuai yang sebenar-benarnya.

2.3.          Tema
·        Tema jasmaniah
Dikelompokkan sebagai tema manusia Karena berkaitan dengan fisik manusia yang nantinya akan mengalami masa tua.




























Bab III
Kesimpulan dan Saran


3.1.    Kesimpulan
Setelah menyelesaikan analisis pada cerpen “ Senja “, saya menyimpulkan bahwa :
1.    Fakta cerita dalam cerpen “ Senja “ terdiri dari Plot, Tokoh, dan Latar.
2.    Sarana cerita dalam cerpen “ Senja “ terdiri dari Judul, Sudut Pandang, dan Gaya Bahasa.
3.    Di dalam cerpen ini, jenis tema yang dapat digunakan ialah Tema Jasmaniah atau tema yang cenderung berkaitan dengan keadaan jasmania.

3.2.    Saran
Saya menyadari bahwa makalah ini mmasih banyak kekurangan. Oleh karena itu, saya mengharapkan saran yang nantinya dapat membaggun diri saya agar dapat membuat makalah yang lebih baik lagi.












Daftar Pustaka

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1988. Jakarta. Pusat Pembinaan
     dan Pengembangan Bahasa, departemen Pendidikan dan
     kebudayaan.
Pradotokusumo, Partini Sardjono. 2002. Pengkajian Sastra.
    Bandung. Wacana.
Rumpun, Korrie layun. Hutan Kayu.
Sukada, Made. Pembinaan Kritik sastra Indonesia Masalah
    Sistematika Analisis Struktur Fiksi. Angkasa.

















Lampiran
Cerpen “ Senja “

1 komentar: