Halaman

Rabu, 09 Mei 2012

puisiku

Cerita
Ini bukan cerita lucu
Bukan pula cerita mengerikan
Maka tentu bukan pula cerita menyedihkan

Aku disini
Mendengarkan rasa hambar ceritamu itu
Sangat hambar dan tak bosannya kau mengeluh
Maka aku saja yang jenuh padamu

Aku bukan tempat sampah yang  bau dan busuk
Aku hanya manusia saja kata romanmu
Punya rasa pahit, asin, dan manis dalam hidupku
Maka apa yang akan kamu perbuat lagi

Ceritamu itu hanya cerita lama
Tak perlu kau tulis pada kertas
Cukup saja tulis pada rasaku
Maka kamu dan semuanya akan mendengar
Semua yang terjadi dalam hidupku
Kamu, aku, dan mereka adalah tokoh dalam hidupku.
Anggilia Jani Crista
Bengkulu, 01 Februari 2011

Mereka Manusia dan Aku Manusia
Berempat serangkai kata mereka
Yang berbeda kami tidak pernah mengenal sebelumnya
Ada yang berbeda ketika bertemu saat itu
Selalu bersama

Sangat menyenangkan
Maka itu sahabat kataku
Tidak pernah menghindar dan memusuhi
Setia dan tidak ada perselingkuhan

Berjalan bersama meniti jembatan tali itu
Maka itu kenangan indah
Saling menyayangi
Saling pengertian
Itu sahabat

Yah aku yakin, manusia itu
Manusia yang selalu bersama manusia
Manusia lainnya seperti manusia lainnya
Yang saling memanusiakan dirinya

Anggilia Jani Crista
Bengkulu, 01 Februari 2011

Bunda
Aku tak pernah tau mengapa Engkau menciptakannya
Wanita yang begitu kokoh tampaknya tetapi rapuh, Sangat rapuh
Dan bahkan aku tak pernah merasa serapuh dia

Aku bersyukur ketika wanita itu selalu di sampingku
Dan aku tak pernah merasa mereka yang tak memiliki dia

Aku memahami mengapa kasih dia tak pernah sama denganku
Aku memahami mengapa surga di telapak kakinya
Karena aku menyayangi ibuku
Bundaku
Sampai akhir hayatku

Anggilia Jani Crista
Bengkulu, 23 Maret 2011
Aku Juga Begitu

Tuhanku begitu adil bahkan Maha Adil
Dia menciptakan berpasang-pasang
Menciptakan aku wanita dan laki-laki
Menciptakan surga dan neraka

Tetapi apakah sedih dan senang itu sesaat saja
Aku pernah merasa begitu bahagia
Layaknya malam yang disinari oleh bulan-Nya
Layaknya pantai dengan ombak oleh-Nya

Tetapi apakah kami manusia mensyukuri nikmatnya
Aku juga begitu
Manusia kataku hanya makhluk bagian bumi ini yang begitu kecil
Aku juga begitu

Terkadang aku melupakan-Mu yang Maha Besar
Begitu rapuhnya manusia itu
Aku juga begitu



Anggilia Jani Crista
Bengkulu, 23 Maret 20 11


Hukum Negara

Negaraku negara hukum
Hukum negaraku berada di sana sini
Tetapi hukum negaraku sungguh rapuh
Hukum negaraku bersahabat baik dengan uang
Tetapi tidak dengan rakyat jelata

Jika uang berkata
Maka uang negaraku akan mengangguk

Maka itu dinamakan hukum negara
Itulah negara hukum
Yang tidak pernah terbayangkan setiap penguasa hukum
Maka  jika di aritmatika
Hukum sama dengan uang
Maka pantas disebut negara uang

Anggilia Jani Crista
Kursi Kejayaannya

Di kursi itu, duduk seorang pejabat
Di kursi lain, duduk seorang pejabat
Begitu juga di kursi lain
Mereka dan dengan dasinya
Mereka dengan kemewahan
Dengan bangganya memberikan janji
Dengan bangganya mendongakkan kepala

Tak ada yang merasa bersalah
Masyarakat begitu jijik
Begitu marah
Begitu kesal
Seseorang dengan tasnya, membawa uang korupsi
Berjalan menuju tempat kediaman
Sesampainya, begitu bangga menceritakan
Kepada istri dan anaknya

Tersenyum riang, lalu lupa dengan janjinya
Hanya modal bohong sehingga bisa duduk di kursi itu
Sementara, masyarakat terus mengalami kemiskinan
Terus mengalami  penderitaan
Dan terus mengemis demi sesuap nasi

Pejabat tadi hanya diam dan membantah
Di kala membahas masalah sosial
Mereka hanya tidur dengan mimpinya
Dengan uangnya atau mungkin dengan kekasih simpanannya
Mereka hanya sibuk dengan telepon genggamnya
Tapi.. awal bulan gaji selalu mereka tuntut
Setiap tahun, kenaikan gaji selalu dituntut
Begitulah sekarang ini
Kekacauan yang semakin menjadi
Bisa dibilang kebobrokan
Dan mungkin bisa dibilang keuntungan bagi mereka



Anggilia Jani Crista



Tidak ada komentar:

Posting Komentar